rekomendasi

Thursday 25 May 2017

Sejarah Revolusi Hijau



PENDAHULUAN

1. 1 .    Latar Belakang
Revolusi hijau merupakan suatu program yang dikhususkan pada pembangunan sektor pertanian. Program ini mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto. Loekman Soetrisno (2002) menjelaskan bahwa, Tujuan utama revolusi hijau adalah untuk menaikkan produktifitas sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui paket teknologi pertanian modern. Paket tersebut terdiri atas pupuk non-organik, obat-obatan pelindung tanaman, dan bibit padi unggul.
Melalui program ini, pada tahun 1984, Indonesia berhasil menjadi negara swasembada pangan terbesar. Dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 20 tahun, program revolusi hijau juga telah berhasil mengubah kebiasaan dan sikap para petani Indonesia yang awalnya memakai sistem bertani secara tradisional menjadi sistem bertani yang modern dimana para petani mulai menggunakan teknologi-teknologi pertanian yang ditawarkan oleh program revolusi hijau. Perubahan sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktifitas sub-sektor pertanian pangan, sehingga Indonesia mampu mencapai swasembada pangan. Keberhasilan Indonesia ini adalah akibat dari meningkatnya hasil panen sebagai akibat berjuta-juta petani di Indonesia, khususnya di Jawa, menggunakan bibit unggul baru dan pupuk kimia.

Tetapi dibalik itu semua, banyak dampak negatif yang dialami oleh para petani Indonesia. Salah satunya adalah banyak petani yang malah kehilangan pekerjaan bertani mereka sehingga tidak sedikit petani yang hidup semakin miskin. Sikap dan kebiasaan petani pun mulai berubah yang awalnya “anti teknologi” menjadi ketergantungan terhadap teknologi pertanian yang modern. Selain itu pemakaian bahan-bahan kimia yang digunakan pada hasil pertaian juga menyebabkan khususnya para petani mengalami kesusahan dan berpengaruh juga pada masyarakat luas pada umumnya.
Makalah ini akan membahas secara lebih jelas mengenai pengaruh apa saja yang diakibatkan oleh revolusi hijau terhadap petani di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas sedikit banyak mengenai pengaruh dan dampak apa saja yang telah ditimbulkan oleh adanya revolusi hijau.
a.     Bagaimanakah Sejarah Revolusi Hijau ?
b.    Faktor munculnya revolusi hijau ?
c.  Bagaimana perkembangan revolusi hijau ?
d.  Apakah keuntungan dan kelemahan revolusi hjau ?

1.3.      Tujuan
a.    Mengetahui sejarah revolusi hijau
b.    Mengetahui faktor munculnya revolusi hijau
c.  Mengetahui perkembangan revolusi hijau
d.  Mengetahui keuntungan dan kelemahan revolusi hijau



BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Sejarah Revolusi Hijau
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian bibit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.

Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras. Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Grakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa. 

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.

Revolusi Hijau diperkenalkan pertama kali oleh William Gaud pada 1968. Mantan Direktur USAID, lembaga donor milik pemerintah Amerika Serikat ini, membandingkan masifnya perubahan di bidang pertanian itu dengan Revolusi Merah di Soviet dan Revolusi Putih di Iran, dua perubahan besar secara politik di dua negara musuh bebuyutan Amerika Serikat itu. Perubahan yang oleh Gaud disebut revolusi itu dimulai dari Meksiko. Negara di Amerika Latin ini mengubah sistem pertaniannya secara radikal pada 1945. Salah satu alasannya adalah karena berbanding terbaliknya pertambahan jumlah penduduk dengan kapasitas produksi gandum. Penduduk terus bertambah sementara produksi gandum terus berkurang. Mereka pun menggenjot pertaniannya melalui riset, penyuluhan, dan pembangunan infrastruktur yang didanai beberapa lembaga besar lainnya. Hasilnya, dari semula mengimpor gandum pada 1943, negara ini bisa memenuhi kebutuhan gandumnya pada 1956.

Delapan tahun kemudian, Meksiko bahkan sudah mengekspor gandum ke negara lain. Karena perubahan itu dianggap berhasil maka beberapa lembaga besar kemudianmembawa teknologi yang sama ke berbagai dunia.Kalau di Meksiko mereka fokus pada gandum, maka di belahan dunia lain mereka fokus pada padi. Salah satunya dengan mendirikan International Rice Research Institute (IRRI) di Los Banos, Filipina. Dari pusat riset padi ini lahir padi varietas baru bernama International Rice (IR) seperti IR 64 dan IR 36 yang disebar ke dunia, termasuk Indonesia. Produk mereka inilah yang menjangkau hampir separuh penduduk dunia dan kemudian menggantikan padi lokal, termasuk di Indonesia. IRRI yang mempunyai kantor perwakilan di 14 negara mulai bekerjasama dengan Indonesia pada tahun 1972, melalui Balai Litbang Pertanian Departemen Pertanian (Deptan). Deptan yang seharusnya jadi kepanjangan tangan pemerintah ternyata kemudian hanya jadi kepanjangan tangan korporasi dan lembaga internasional.

2.2 Faktor-Faktor
                 
Faktor terjadinya Revolusi Hijau berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat manusia, yang disebabkan oleh faktor :
1. Kebutuhan pangan semakin meningkat
2. Lahan pertanian semakin berkurang
3. Banyak lahan pertanian rusak  karena adanya
    perang
4. Adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan
    oleh pemiliknya
5. Adanya lahan rusak akibat tercemar oleh
   limbah atau terkena radiasi
Faktor lain yang memicu munculnya Revolusi hijau yang sudah berjalan sejak 1960-an  karena adanya pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda juga tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah dan belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.

2.3  Perkembangan Revolusi Hijau
Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan. IMWIC (International Maize and Wheat Improvement Centre) merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina, IRRI (International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit padi baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8.

Pada tahun 1970 dibentuk CGIAR (Consultative Group for International Agriculture Research) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada berbagai pusat penelitian international. Pada tahun 1970 juga, Norman Borlang mendapatkan hadiah nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari jenis tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit. Upaya meningkatkan produktivitas pertanian antara lain dengan cara sebagai berikut :
a.       Pembukaan areal pertanian dengan pengolahan tanah.
b.      Mekanisme pertanian dengan penggunaan alat-alat pertanian modern seperti bajak dan mesin penggiling.
c.       Penggunaan pupuk-pupuk baru.
d.       Penggunaan metode yang tepat untuk memberantas hama, misalnya dengan alat penyemprot hama, penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.
Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a.      Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani (pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul, pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama).

b.       Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar Pulau Jawa.

c.       Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, misal dengan sistem tumpang sari (di antara lahan sawah ditanami kacang panjang, jagung, dan sebagainya).

d.       Rehabilitasi Pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Faktor-faktor penyebab timbulnya lahan kritis adalah sebagai berikut.
a.       Penanaman yang terus menerus.
b.       Penggunaan pupuk kimia (pestisida, herbisida).
c.       Erosi karena penebangan liar.
d.      Irigasi yang tidak teratur.

Upaya untuk memperbaiki lahan pertanian antara lain dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a.       Reboisasi untuk kawasan hutan/nonhutan.
b.       Melakukan tebang pilih.
c.       Pembibitan kembali.
d.      Penanaman sejuta pohon.
e.       Penanaman tanah lembah/pegunungan dengan terasering/sengkedan.
f.       Seleksi tanaman (tanaman pelindung/tua).

2.4 Keuntungan dan Kelemahan  Revolusi Hijau
Adapun keuntungan dari adanya Revolusi Hijau, adalah berikut ini.
a.       Ditemukannya berbagai jenis tanaman dan biji-bijian/varietas unggul.
b.      Meningkatnya produksi pertanian yang berarti dapat mengatasi pangan.
c.       Pendapatan petani meningkat yang berarti meningkatnya kesejahteraan petani.
Tahun 1988, Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada pangan.
Sedangkan kelemahan dari Revolusi Hijau adalah berikut ini.
a.       Menghabiskan dana yang besar untuk biaya penelitian.
b.      Menurunnya daya produksi tanah karena ditanami terus menerus.
c.       Polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan.
d.      Dengan mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia digantikan mesin.

     



Bab. III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Revolusi Hijau diperkenalkan pertama kali oleh William Gaud pada 1968. Mantan Direktur USAID, lembaga donor milik pemerintah Amerika Serikat ini, membandingkan masifnya perubahan di bidang pertanian itu dengan Revolusi Merah di Soviet dan Revolusi Putih di Iran, dua perubahan besar secara politik di dua negara musuh bebuyutan Amerika Serikat itu. Perubahan yang oleh Gaud disebut revolusi itu dimulai dari Meksiko. Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian bibit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus. Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.

Faktor terjadinya Revolusi Hijau berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat manusia, yang disebabkan oleh faktor, kebutuhan pangan semakin meningkat ,lahan pertanian semakin berkurang, banyak lahan pertanian rusak  karena adanya perang, adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya , dan adanya lahan rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi.

Upaya peningkatan produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara, Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani, Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar Pulau Jawa, Diversifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, misal dengan sistem tumpang sari, Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

Keuntungan dari adanya Revolusi Hijau, Ditemukannya berbagai jenis tanaman dan biji-bijian/varietas unggul, Meningkatnya produksi pertanian yang berarti dapat mengatasi pangan, Pendapatan petani meningkat yang berarti meningkatnya kesejahteraan petani. Sedangkan kelemahan dari Revolusi Hijau, menghabiskan dana yang besar untuk biaya penelitian, menurunnya daya produksi tanah karena ditanami terus menerus, polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan, dan dengan mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia digantikan mesin.








Daftar pustaka

Ridwan. Pengertian Revolusi hijau. http://ridwanaz.com/umum/biologi/revolusi-hijau-pengertian-revolusi-hijau-dan-dampak-nya/ diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
Arif. Sejarah Revolusi Hijau http://arifpemimpi.blogspot.com/2011/10/info-revolusi-hijau-sejarah.html. diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
Adi Nugraha Widiyaka. Perkembangan revolus hijau. http://kampus.okezone.com/read/2011/03/11/95/433941/bacteri-sakazakii-dan-inkonsistensi-intelektual-kita. diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB

No comments:

Post a Comment

Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Jepang

Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” y...