rekomendasi

Thursday 25 May 2017

TEORI KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA



Ada tiga teori yang membicarakan tentang datangnya islam di indonesia. Ketiga teori ini memberikan jawaban atas permasalahan tentang masuknya Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan teori di atas disini akan dibahas secara sederhana sebagi berikut.

a.       Teori Gujarat
Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan teori yang mengatakan asal Negara yang membawa Agama Islam ke Nusantara adalah dari Gujarat. Adapun pelatak teori ini adalah Snouk Hurgronje lebih menitik beratkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan: pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa arab dalam penyebaran agama islam ke nusantara. Kedua, hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua  tentang Islam yang terdapat di sumatra memberikan gambaran hubungan antara sumatra dan Gujarat.
Sejalan dengan pendapat di atas ini, W.F. Stutterheim, mengatakan masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13. Pendapatnya juga didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama dari kerajaan samudra, yakni Malik Al-Shaleh yang wafat pada 1297. Selanjutnya ditambahkan tentang asal Negara yang mempengaruhi masuknya Agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan Islam disebarkan melalui jalan dagang antar Indonesia-cambay (Gujarat) Timur Tenggah-Eropa.
Perkembangan perkampungan Arab mulai berkembang hal ini mempengaruhi pula perkembangan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdangangan di Asia Tenggara. Dari keteranga J.C. Van ini masuknya islam ke Nusantara tidak terjadi pada abad ke-13 melainkan telah terjadi pada abad ke-7. Sedangkan abad ke-13 merupakan saat perkembangan Islam.
Peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan Internasional, terutama sejak 1294 sebagai penyebaran Islam, telah mendapat perhatian dari Schrieke dalam Indonesia Sosiological studies. Ia menjelaskan berdasarkan keterangan laporan Marco Polo, karena Marco Polo tidak berkunjung ke Gujarat. Tetapi mempertimbangkan hasil laporan sanudo. Selanjutnya Schrieke memberikan gambaran tentang saling ketergantungan antara malaka dengan cambay dan sebaliknya. Schrieke mengambarkan tentang peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan yang mempunyai kaitan yang erat antara Indonesia dan India.
b.      Teori Makkah
Dalam teori ini Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa Agama Islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai  tempat singgah semata, dan makkah sebagi pusat, atau Mesir sebagai pengambilan ajaran Islam. Ia menambahkan pengamatan pada masalah manzhab Syafi’i, sebagai mazhab yang istimewa di Makkah dan mempunyai pengaruh yang besar di Indonesia. Tetapi titik analsisnya pada permasalahan perdagangan yang dibaca adalah barang yang didagang  dan jalan perdagangannya. Sebaliknya penglihatan penelitian hamka lebih tajam sampai permasalahan mazhab yang menjadi bagian laporan kunjungan Ibnu Battutah ke Nusantara.
Guna dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pendapat waktu masuknya Islam di Nusantara pada abad ke-7, perlu penjelasan tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia  yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan tentang teori Gujarat mengharuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaan di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada bangsa-bangsa lainnya.
Informasi sejarah menjelaskan bahwa bangsa Arab telah sampai ke Ceylon pada abad ke-2 SM. Memang tidak dijelaskan lebih lanjut tentang sampainya ke Indonesia. Tetapi bila kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind yang berarti India dan pulau-pulau yang sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia hanya penyebutnya sebagia pulau-pulau Cina atau Al-Hind.
Bila memang telah ada antara hubungan bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, Maka bangsa Arab merupakan bangsa Asing yang pertama datang ke nusantara. Berdasarkan keterangan yang dikemukakan oleh D.H. Burger dan Prajudi Atmosudirdjo, bangsa dan Cina baru mengadakan hubungan dengan Indonesia pada abad ke-1 M. Sedangkan hubungan Arab dan Cina terjadi jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan kapal sahara jalan darat ini sering disebut sebagai jalan sutera, berlangsung sejak 500 SM.
Timbulnya perkampungan Arab baik dipantai barat Sumatra ataupun di Asia Tenggara dan kanton, di tunjang oleh kekuatan laut Arab. Fakta ini memberikan bukti telah terjadi hubungan Indonesia Arab jauh sebelum abad ke-13. Apakah target pengaruh informasi yang bersifat Hindu sentris terhadap kalangan intelektual Indonesia yang berpendidikan belanda, menampakkan kecintaan terhadap sejarah pra-Islam Indonesia.
Masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi pada abad pertama hijriah atau abad ke-7 M. Pelaku bembawa Agama Islam adalah Saudagar Arab, diikuti oleh Persia dan Gujarat, mereka bukanlah anggota misi, meski pada hakekatnya setiap orang islam mempunyai kewjiban misi.
c.       Teori Persia
Fokus teori ini menjelaskan tentang masuknya Islam ke nusantara berbeda dengan teori gujarat dan teori makkah, sekalipun mempunyai persamaan tentang gujaratnya, serta mazhab Syafi’i-nya. Teori persia lebih menjelaskan tentang kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai kesamaan dengan persia. Dan adapun kesamaan tentang budaya kita dapat melihat antara lain.
1.      Peringatan hari muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya husain.
2.      Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh siti Jenar dengan ajaran sufi iran Al-Hallaj.
3.      Nisan pada makam malikus saleh dan makam malik ibrahim di gersik di pesan dari gujarat. Dalam hal ini teori persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori gujarat. Tetapi berbeda dengan pandangan G.E Morrison.
4.      Pengakuan umat islam di indonesia terhadap mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang paling utama.
Menjawab teori Persia diatas, K.H. saifuddin Zuhri sebagai salah seorang peserta seminar(1963), menyatakan sukar untuk mendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasan yang dikemukakan oleh K.H. Saifuddin Zuhri, bila kita berpedoman kepada masuknya Agama Islam ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang Politik, Ekonomi dan Kebudayaan berada di tangan Bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan Dunia Islam.
Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah, dan persia sebagai berikut:
Antara teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya Agama Islam ke Nusantara yang berasal Gujarat.  Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran Islam mempunyai kesamaan dengan ajaran Mistik India, sedangakan teori Persia memandang adanya kesamaan antara sufi di Indonesia dengan Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi’ah ke Indonesia.
Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan teori Makkah. Tetapi teori MAKKAH memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan laut antara Indonesia dengan timur Tenggah, sedangkan ajaran Islam di ambilnya dari Makkah atau Mesir.
Teori Gujarat tidak melihat adanya peran Arab dalam perdagangan, ataupun dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia. Teori ini lebih melihat peranan pedagang India yang beragama Islam daripada bangsa Arab yang membawa ajaran asli. Oleh karena itu, bertolak dari inskripsi tertua dan laporan perjalanan Marko Polo ditetapkan daerah Islam yang pertama di Nusantara adalah Samudra Pasai, dan waktunya pada abad ke- 13. Sebaliknya teori Mekkah, tidak dapat menerima pada abad ke -13 sebagai saat masuknya karena dianggap saat- saat perkembangan Islam di Nusantara, dan saat itulah berdiri kekuasaan Islam. Sedangkan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke- 7, 200 tahun sebelum dibangunnya candi Budha Borobudur dan 500 tahun sebelum berdirinya kerajaan Majapahit. Dasar penentuan waktunya bertolak dari berita Dinasti Tang.
Sekalipun teori Persia  juga membicarakan masalah pengaruh Mazhab Imam Syafi’i di Indonesia tetapi juga dijadikan sebagai argumen besarnya pengaruh India atas Indonesia. Pandangan teori Persia dalam melihat mazhab Syafi’i merupakan pengaruh mazhab Syafi’i yang berkembang kuat di Malabar. Dari Malabar inilah mazhab Syafi’i dibawa oleh pedagang India Islam ke Indonesia. Jadi teori Persia tidak melanjutkan hubungan mazhab Syafi’i Indonesia dengan pusatnya, yakni Mekkah dan Mesir.
Walaupun dalam ketiga teori ini tidak  terdapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam sebagai Agama yang berkembang di Nusantara melalui jalan damai dan Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.

No comments:

Post a Comment

Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Jepang

Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” y...