PENDAHULUAN
1. 1 .
Latar
Belakang
Revolusi hijau merupakan suatu program yang dikhususkan pada pembangunan
sektor pertanian. Program ini mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1960-an,
yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto. Loekman Soetrisno (2002) menjelaskan
bahwa, Tujuan utama revolusi hijau adalah untuk menaikkan produktifitas sektor
pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui paket teknologi
pertanian modern. Paket tersebut terdiri atas pupuk non-organik, obat-obatan
pelindung tanaman, dan bibit padi unggul.
Melalui program ini, pada tahun 1984, Indonesia berhasil menjadi negara
swasembada pangan terbesar. Dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 20 tahun,
program revolusi hijau juga telah berhasil mengubah kebiasaan dan sikap para
petani Indonesia yang awalnya memakai sistem bertani secara tradisional menjadi
sistem bertani yang modern dimana para petani mulai menggunakan
teknologi-teknologi pertanian yang ditawarkan oleh program revolusi hijau.
Perubahan sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktifitas
sub-sektor pertanian pangan, sehingga Indonesia mampu mencapai swasembada
pangan. Keberhasilan Indonesia ini adalah akibat dari meningkatnya hasil panen
sebagai akibat berjuta-juta petani di Indonesia, khususnya di Jawa, menggunakan
bibit unggul baru dan pupuk kimia.
Tetapi dibalik itu semua, banyak dampak negatif yang dialami oleh para
petani Indonesia. Salah satunya adalah banyak petani yang malah kehilangan
pekerjaan bertani mereka sehingga tidak sedikit petani yang hidup semakin
miskin. Sikap dan kebiasaan petani pun mulai berubah yang awalnya “anti
teknologi” menjadi ketergantungan terhadap teknologi pertanian yang modern.
Selain itu pemakaian bahan-bahan kimia yang digunakan pada hasil pertaian juga
menyebabkan khususnya para petani mengalami kesusahan dan berpengaruh juga pada
masyarakat luas pada umumnya.
Makalah ini akan membahas secara lebih jelas mengenai pengaruh apa saja
yang diakibatkan oleh revolusi hijau terhadap petani di Indonesia. Dalam
makalah ini akan dibahas sedikit banyak mengenai pengaruh dan dampak apa saja
yang telah ditimbulkan oleh adanya revolusi hijau.
a.
Bagaimanakah
Sejarah Revolusi Hijau ?
b.
Faktor munculnya revolusi hijau ?
c. Bagaimana perkembangan revolusi hijau ?
d. Apakah keuntungan dan kelemahan revolusi hjau
?
1.3. Tujuan
a.
Mengetahui sejarah revolusi hijau
b.
Mengetahui faktor munculnya revolusi hijau
c. Mengetahui perkembangan revolusi hijau
d. Mengetahui keuntungan dan kelemahan revolusi
hijau
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Revolusi Hijau
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah
kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat
tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan
pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian
bibit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.
Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas
(bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi
pangan, khususnya swasembada beras. Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos
bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik
dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan
teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga
sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur.
Grakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air
melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan
pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan
varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi
non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda
dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada
tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Revolusi Hijau diperkenalkan pertama kali oleh William
Gaud pada 1968. Mantan Direktur USAID, lembaga donor milik pemerintah Amerika
Serikat ini, membandingkan masifnya perubahan di bidang pertanian itu dengan
Revolusi Merah di Soviet dan Revolusi Putih di Iran, dua perubahan besar secara
politik di dua negara musuh bebuyutan Amerika Serikat itu. Perubahan yang oleh
Gaud disebut revolusi itu dimulai dari Meksiko. Negara di Amerika Latin ini
mengubah sistem pertaniannya secara radikal pada 1945. Salah satu alasannya
adalah karena berbanding terbaliknya pertambahan jumlah penduduk dengan
kapasitas produksi gandum. Penduduk terus bertambah sementara produksi gandum
terus berkurang. Mereka pun menggenjot pertaniannya melalui riset, penyuluhan,
dan pembangunan infrastruktur yang didanai beberapa lembaga besar lainnya.
Hasilnya, dari semula mengimpor gandum pada 1943, negara ini bisa memenuhi
kebutuhan gandumnya pada 1956.
Delapan tahun kemudian, Meksiko bahkan sudah
mengekspor gandum ke negara lain. Karena perubahan itu dianggap berhasil maka beberapa lembaga besar kemudianmembawa teknologi yang sama ke berbagai
dunia.Kalau di Meksiko mereka fokus
pada gandum, maka di belahan dunia lain mereka fokus pada padi. Salah satunya dengan mendirikan International Rice
Research Institute (IRRI) di Los Banos, Filipina. Dari pusat riset padi ini
lahir padi varietas baru bernama International Rice (IR) seperti IR 64 dan IR
36 yang disebar ke dunia, termasuk Indonesia. Produk mereka inilah yang
menjangkau hampir separuh penduduk dunia dan kemudian menggantikan padi lokal,
termasuk di Indonesia. IRRI yang mempunyai kantor perwakilan di 14 negara mulai
bekerjasama dengan Indonesia pada tahun 1972, melalui Balai Litbang Pertanian
Departemen Pertanian (Deptan). Deptan yang seharusnya jadi kepanjangan tangan
pemerintah ternyata kemudian hanya jadi kepanjangan tangan korporasi dan
lembaga internasional.
2.2 Faktor-Faktor
Faktor
terjadinya Revolusi Hijau berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat
manusia, yang disebabkan oleh faktor :
1. Kebutuhan
pangan semakin meningkat
2. Lahan
pertanian semakin berkurang
3. Banyak
lahan pertanian rusak karena adanya
perang
4. Adanya
lahan tidur yang tidak dimanfaatkan
oleh pemiliknya
5. Adanya
lahan rusak akibat tercemar oleh
limbah atau terkena radiasi
Faktor lain
yang memicu munculnya Revolusi hijau yang sudah berjalan sejak 1960-an
karena adanya pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda juga tingkat
produksi pertanian yang masih sangat rendah dan belum mampu memenuhi seluruh
kebutuhan masyarakat.
2.3 Perkembangan
Revolusi Hijau
Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan
pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko,
Filipina, India, dan Pakistan. IMWIC (International Maize and Wheat Improvement
Centre) merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina,
IRRI (International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit padi
baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8.
Pada tahun 1970 dibentuk CGIAR (Consultative Group for International Agriculture
Research) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada berbagai
pusat penelitian international. Pada tahun 1970 juga, Norman Borlang mendapatkan hadiah nobel
karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari jenis tanaman
biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah energi surya menjadi
karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan
terhadap hama penyakit. Upaya meningkatkan produktivitas pertanian antara lain
dengan cara sebagai berikut :
a.
Pembukaan areal pertanian dengan pengolahan tanah.
b.
Mekanisme pertanian dengan penggunaan alat-alat pertanian modern seperti
bajak dan mesin penggiling.
c.
Penggunaan pupuk-pupuk baru.
d.
Penggunaan metode yang tepat untuk memberantas hama, misalnya dengan alat
penyemprot hama, penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.
Perkembangan Revolusi Hijau
juga berpengaruh terhadap Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas pertanian
Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan
produksi pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani (pengolahan tanah,
pemilihan bibit unggul, pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama).
b. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan
produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar Pulau
Jawa.
c.
Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian yaitu
upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman,
misal dengan sistem tumpang sari (di antara lahan sawah ditanami kacang
panjang, jagung, dan sebagainya).
d.
Rehabilitasi Pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu
upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya
produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Faktor-faktor penyebab
timbulnya lahan kritis adalah sebagai berikut.
a.
Penanaman yang terus menerus.
b.
Penggunaan pupuk kimia (pestisida, herbisida).
c.
Erosi karena penebangan liar.
d.
Irigasi yang tidak teratur.
Upaya untuk memperbaiki lahan pertanian antara
lain dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a.
Reboisasi untuk kawasan hutan/nonhutan.
b.
Melakukan tebang pilih.
c.
Pembibitan kembali.
d.
Penanaman sejuta pohon.
e.
Penanaman tanah lembah/pegunungan
dengan terasering/sengkedan.
f.
Seleksi tanaman (tanaman
pelindung/tua).
2.4 Keuntungan dan Kelemahan Revolusi Hijau
Adapun keuntungan dari adanya Revolusi Hijau, adalah berikut ini.
a.
Ditemukannya berbagai jenis tanaman
dan biji-bijian/varietas unggul.
b.
Meningkatnya produksi pertanian yang
berarti dapat mengatasi pangan.
c.
Pendapatan petani meningkat yang
berarti meningkatnya kesejahteraan petani.
Tahun 1988, Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada
pangan.
Sedangkan kelemahan dari Revolusi Hijau adalah berikut ini.
a.
Menghabiskan dana yang besar untuk
biaya penelitian.
b.
Menurunnya daya produksi tanah
karena ditanami terus menerus.
c.
Polusi tanah dan air akibat
penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan.
d. Dengan
mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia digantikan mesin.
Bab. III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Revolusi Hijau diperkenalkan pertama kali oleh William
Gaud pada 1968. Mantan Direktur USAID, lembaga donor milik pemerintah Amerika
Serikat ini, membandingkan masifnya perubahan di bidang pertanian itu dengan
Revolusi Merah di Soviet dan Revolusi Putih di Iran, dua perubahan besar secara
politik di dua negara musuh bebuyutan Amerika Serikat itu. Perubahan yang oleh
Gaud disebut revolusi itu dimulai dari Meksiko. Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah
kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat
tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan
pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian
bibit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus. Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air
melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan
pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan
varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi
non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda
dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada
tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Faktor
terjadinya Revolusi Hijau berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat
manusia, yang disebabkan oleh faktor, kebutuhan pangan semakin meningkat ,lahan
pertanian semakin berkurang, banyak lahan pertanian rusak karena adanya perang,
adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya , dan adanya lahan
rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi.
Upaya peningkatan
produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara, Intensifikasi
pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan formula
pancausaha tani, Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan
produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar Pulau
Jawa, Diversifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan
cara penganekaragaman tanaman, misal dengan sistem tumpang sari, Rehabilitasi
pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan
kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Keuntungan dari adanya Revolusi Hijau, Ditemukannya berbagai jenis tanaman
dan biji-bijian/varietas unggul, Meningkatnya produksi pertanian yang berarti
dapat mengatasi pangan, Pendapatan petani meningkat yang berarti meningkatnya
kesejahteraan petani. Sedangkan kelemahan dari Revolusi Hijau, menghabiskan dana yang besar
untuk biaya penelitian, menurunnya daya produksi tanah karena ditanami terus
menerus, polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk pestisida yang
berlebihan, dan dengan mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia
digantikan mesin.
Daftar pustaka
Ridwan.
Pengertian Revolusi hijau. http://ridwanaz.com/umum/biologi/revolusi-hijau-pengertian-revolusi-hijau-dan-dampak-nya/
diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
Arif. Sejarah
Revolusi Hijau http://arifpemimpi.blogspot.com/2011/10/info-revolusi-hijau-sejarah.html.
diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
Adi Nugraha
Widiyaka. Perkembangan revolus hijau. http://kampus.okezone.com/read/2011/03/11/95/433941/bacteri-sakazakii-dan-inkonsistensi-intelektual-kita.
diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
Rizal Ferdian. Makalah revolusi
hijau. http://ferdiand08.blogspot.co.id/2013/02/makalah-revolusi-hijau_7275.html.
. diunduh 25 maret 2016, pukul 18.59 WIB
No comments:
Post a Comment