2.1. Latar belakang dibentuknya VOC
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan & aktivitas
kolonial di wilayah Nusantara oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya
berada di Batavia, yg kini bernama Jakarta. Hindia-Belanda pada abad ke-17
& 18 tak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh
perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda [bahasa Belanda: Verenigde
Oostindische Compagnie atau VOC].
Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang perdagangan dikawasan
Nusantara, ternyata tidak hanya merupakan keingan Belanda sendiri, tetapi juga
negara lainnya, seperti Inggris. Bahkan Inggris telah mendahului langkah VOC
dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk kawasan Asia di tahun 1600
yang diberi nama EIC (East India Company), yang mana telah menimbulkan
kekawatiran dikalangan para pedagang Belanda sehingga persaingan yang tadinya
ada diantara mereka sendiri berubah menjadi kesepakatan untuk membentuk sebuah
badan dagang guna membendung EIC.
Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Belanda dan untuk mengahadapi
persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya, seorang anggota parlemen dari
Belanda bernama Johan van Oldebanevelt mengajukan usul mengenai penggabungan
pedagang - pedagang Belanda menjadi serikat dagang. Maka pada tanggal 20 Maret
1602, atas prakarsa Pangeran Maurits dan Olden Barneveld didirikan kongsi
perdagangan bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC (Perkumpulan
Dagang India Timur). Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. Pada tahun 1602
VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang di kepalai oleh Francois Wittert.
2.2. Tujuan dibentuknya VOC
Tujuan utama VOC ialah
mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal
ini dilakukan melalui penggunaan & ancaman kekerasan terhadap penduduk di
kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, & terhadap orang-orang
non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya,
ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang
Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi
& kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu
atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam
politik internal Jawa pada masa ini, & bertempur dlm beberapa peperangan yg
melibatkan pemimpin Mataram & Banten. Adapun tujuan dari dibentuknya VOC di
Indonesia:
a. Menghindari persaingan dagang tidak sehat diantara sesama pedang Belanda
sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dagang dengan
bangsa Eropa lainya.
c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spayol
yang masih menduduki Belanda.
Terkait adanya persaingan antarkongsi Belanda, maka Pemerintahan dan
Parlemen Belanda mengusulkan agar antarkongsi Belanda mendirikan sebuah
perusahaan dagang yang lebih besar. Pada tanggal 20 Maret 1602 secara resmi
dibentuklah persekutuan kongsi dagang Belanda yang diberi nama Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC).
Orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya yang congkak, kejam, dan ingin
menang sendiri. VOC ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui monopoli
perdagangan. VOC mulai ikut campur dalam berbagai konflik antara penguasa yang
satu dengan penguasa yang lain. Beberapa kerajaan di yang Perubahan sikap VOC
itu telah menimbulkan kekecewaan bagi rakyat dan penguasa di Indonesia.
Perubahan sikap itu terutama sekali terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal VOC yang kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen.
Untuk dapat menguasai Jayakarta, JP Coen kemudian membangun benteng-benteng
di sekitar loji VOC, sehingga loji semakin besar. Bahkan pada tahun 1619 VOC
menyerbu dan membakar kota Jayakarta. Di atas reruntuhan kota itu kemudian
dibangun kota baru yang dinamakan Batavia. Dengan dibangunnya benteng-benteng
dan loji-loji sebagai pusat kegiatan VOC, maka jalur-jalur perdagangan di
kepulauan Nusantara telah dikendalikan oleh VOC. Untuk mengendalikan kegiatan
monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku,
diadakan Pelayaran Hongi.
2.3. Hak istimewa ( hak octroi ) VOC
Untuk menguasai perdagangan di
Indonesia dan dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa , maka VOC diberikan
hak-hak istimewa ( Hak Octroi ) dari pemerintah Belanda yang meliputi hal
berikut :
a. Hak monopoli perdagangan
b. Hak mencetak dan mengedarkan uang
c. Hak mengangkat dan memperhentikan
pegawai
d. Hak mengadakan perjanjian dengan
raja-raja
e. Hak memiliki tentara sendiri
f. Hak mendirikan benteng
g. Hak menyatakan perang dan damai
h. Hak mengangkat dan memperhentikan
penguasa-penguasa setempat.
i. Hak menjalankan kekuasaan
kehakiman
Karena hak-hak yang dimiliki VOC
ini, menyebabkan VOC berkembang pesat, bahkan Portugis mulai terdesak. Untuk
mengusung kepentingan VOC diangkatlah gubnur jendral VOC yang pertama yaitu
Pieter Both (1610-1614). Pada masa gubnur jendral J.P Coen menilai Jayakarta
lebih strategis, pada tahun 1611 berhasil direbutnya dan diuabh namanya menjadi
Batavia. Kota ini lalu dijadikan pusat kekuasaan VOC di Indonesia.
Usaha VOC untuk mendapatkan untung
yang sebesar-besarnya adalah melalui monopoli perdagangan. Untuk itu VOC
menerapakan beberapa aturan dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain
:
- Verplichhte Leverantie
Verplichhte Leverantie yaitu memaksa pribumi untuk menjual hasil bumi
dengan harga yang telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat
untuk menjual hasil bumi kepada pedagang lain selain VOC. Hasil bumi tersebut
diantaranya lada, kapas, kayu manis, gula, beras, nila serta binatang ternak.
- Contingenten
Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi. - Ektripasi
Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.
4. Pelayaran
Hongi
Pelayaran Hongi yaitu pelayaran dengan menggunakan
perahu kora-kora untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan VOC dan menindak
pelanggarnya. Tujuan diadakannya pelayaran Hongi adalah menghindari adanya
penyelundupan dan pasar gelap yang menyalahi aturan monopoli VOC. Tindakan VOC
bagi yang melanggar ketentuan yang sudah disepakati VOC diantaranya penyitaan
barang dagangan, di masukkan ke penjara, dijual ke pasar budak sampai yang
terkejam yaitu di bunuh.
- Preanger Stelsel
Sistem Priangan atau lebih dikenal dengan Preanger Stelsel yaitu penyerahan
wajib pajak kepada VOC atas hasil bumi masyrakat di wilayah Priangan pada
periode 1677 - 1871 bukan berupa uang melainkan hasil bumi yang setara dengan
uang pajak tersebut. Selain penyerahan wajib berupa hasil bumi, VOC juga
memaksa pribumi menjadi budak apabila pribumi tersebut tidak mempunyai lahan.
Pribumi tersebut dipekerjakan untuk menanam tanaman sesuai yang diinginkan VOC
dengan sistem kerja rodi / kerja paksa tanpa adanya upah dari VOC.
Dampak positif dari politik ekonomi VOC bagi Indonesia adalah rempah -
rempah Indonesia menjadi komoditi yang sangat laku di Eropa sedangkan dampak
negatif dari politik ekonomi ini adalah terjadi penindasan pada kaum pribumi
dalam upaya monopoli VOC dalam perdagangan rempah - rempah. Dampak positif bagi
pihak VOC adalah keuntunga sebesar besarnya untuk mengisi kas negeri Belanda.
Namun keuntungan ini tidak diimbangi dengan moral pejabat petinggi VOC, terjadi
korupsi di berbagai tingkatan pejabat VOC. Meskipun pendapatannya besar tetapi
akibat dari korupsi - korupsi yang dilakukan pejabat VOC juga turut mengurangi
kas pemasukan untuk Belanda. Hutang - hutangpun dilakukan negeri Belanda dan
pada akhirnya pada 31 Desember 1799 VOC dibubarkan untuk selanjutnya digantikan
oleh Belanda. Hutang - hutang VOC pada periode sebelumnya kemudian berpindah
tangn ke Belanda mengakibatkan kas belanda berkurang dan bahkan kosong.
Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC mengangkat seorang
gubernur jendral yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van
Indie (dewan India). Dibawah gubernur jendral ada gubernur yang memimpin suatu
daerah, serta dibawah gubernur ada residen yang dibantu oleh asisten residen.
Beberapa gubernur jendral VOC yang duianggap berhasil mengembangkan usaha dagang
dan kolonisasi di Indonesia:
a) Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )
b) Antonio van Diemen ( 1636-1645 )
c) Joan Maetsycker ( 1653-1678 )
d) Cornelis Speelman ( 1681-1684 )
Dalam melaksanakan sistem pemerintahan VOC menerapkan sistem pemerintahan
tidak langsung dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di
Indonesia.
2.4. Monopoli VOC Terhadap Nusantara
Maret
1602-Belanda berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan membentuk
suatu kongsi dagang bernama VOC [Vereenigde Oost-Indische Compagnie].
1603-VOC
telah membangun pusat perdagangan pertama yg tetap di Banten namun tak
menguntungkan kerena persaingan dengan para pedagang Tionghoa & Inggris.
Februari
1605-Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu pertahanan Portugis di
Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli tunggal rempah-rempah di Hitu.
1602-Sir
James Lancaster kembali ditunjuk memimpin pelayaran yg armada berisi
orang-orang The East India Company & tiba di Aceh untuk selanjutnya menuju
Banten.
1604-Pelayaran
yg ke-2 maskapai Inggris yg dipimpin oleh Sir Henry Middleton, maskapai ini
berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon & Banda. Akan tetapi di wilayah yg
mereka kunjungi ini mendapat perlawanan yg keras dari VOC.
1609-VOC
membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut dihalangi oleh
raja Gowa. Raja Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris,
Prancis, Denmark, Spanyol & Portugis.
1610-Ambon
dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang
gubernur-jendral, Ambon tak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar
karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
1611-Inggris
berhasil mendirikan kantor dagangnya di bagian Indonesia lainnya, di Sukadana
[Kalimantan barat daya], Makassar, Jayakerta, Jepara, Aceh, Priaman, Jambi.
1618-Des
Banten mengambil keputusan untuk menghadapi Jayakarta & VOC dengan memaksa
Inggris untuk membantu, dipimpin laksamana Thomas Dale.
1619-Ketika
VOC akan menyerah pada Inggris, secara tiba-tiba muncul tentara Banten
menghalangi maksud Inggris. Karena Banten tak mau pos VOC di Batavia diisi oleh
Inggris. Akibatnya Thomas Dale melarikan diri dengan kapalnya; Banten menduduki
kota Batavia.
12 Mei
1619-Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru Jayakarta
sebagai Batavia.
Mei 1619-Jan
Pieterszoon Coen, seorang Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17
kapal.
30 Mei
1619-Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten, memukul mundur
tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer & administrasi yg
relatif aman bagi pergudangan & pertukaran barang-barang, karena dari
Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur
jauh, dari Eropa.
1619-Jan
Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan
kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua yg
merintangi. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang
VOC.
1619-Terjadi
migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik sebanyak mungkin pedagang
Tionghoa yg ada di berbagai pelabuhan seperti Banten, Jambi, Palembang &
Malaka ke Batavia. Bahkan ada juga yg langsung datang dari Tiongkok. Di sini
orang-orang Tionghoa sudah menjadi suatu bagian penting dari perekonomian di
Batavia. Mereka aktif sebagai pedagang, penggiling tebu, pengusaha toko, &
tukang yg terampil.
1620-Atas
dasar pertimbangan diplomatik di Eropa VOC terpaksa bekerjasama dengan pihak
Inggris dengan memperbolehkan Inggris mendirikan kantor dagang di Ambon.
1620-Dalam
rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan pembuangan,
pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda & berusaha
menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang & mempekerjakan tenaga
kerja kaum budak.
1623-VOC
melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12 agen perdagangan
Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis dipotong
kepalanya.
1630-Belanda
telah mencapai banyak kemajuan dlm meletakkan dasar-dasar militer untuk
mendapatkan hegemoni perniagaan laut di Indonesia.
1637-VOC yg
telah beberapa lama di Maluku tak mampu memaksakan monopoli atas produksi pala,
bunga pala, & yg terpenting, cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin
berkembang, muncul banyak komplotan-komplotan yg anti dengan VOC.
Gubernur-Jendral Antonio van Diemen melancarkan serangan terhadap para
penyeludup & pasukan-pasukan Ternate di Hoamoal.
1638-Van
Diemen kembali ke Maluku & berusaha membuat persetujuan dengan raja Ternate
dimana VOC bersedia mengakui kedaulatan raja Ternate atas Seram, Hitu serta
menggaji raja sebesar 4. 000 real/tahun dengan imbalan bahwa penyeludupan
cengkeh akan dihentikan & VOC diberi kekuasaan de facto atas Maluku. Akan
tetapi persetujuan ini gagal.
1643-Arnold
de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan Ternate dengan memaksa raja Ternate
Mandarsyah ke Batavia & menandatangani perjanjian yg melarang penanaman
pohon cengkeh di semua wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yg dikuasai VOC.
Hal ini disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi
kebutuhan untuk konsumsi dunia.
1656-Seluruh
penduduk Ambon yg tersisa dibuang. Semua tanaman rempah-rempah di Hoamoal
dimusnahkan & akibatnya daerah tersebut tak didiami manusia kecuali jika
ekspedisi Hongi [armada tempur] melintasi wilayah itu untuk mencari pohon-pohon
cengkeh liar yg harus dimusnahkan.
1660-Armada
VOC yg terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal
Portugis.
Agustus-Desember
1660-Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima persetujuan perdamaian
dengan VOC, namun persetujuan ini tak berhasil mengakhiri permusuhan.
18 November
1667-Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya, akan tetapi
Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran.
April 1668
& Juni 1669-VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap Goa & sesudah
pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan.
1669-Kondisi
keadaan Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi &
administrasi tak terkendalikan lagi.
1670-VOC
telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia Timur. Pihak
Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan tetapi kekuatannya
tak begitu besar.
1670-VOC
menebangi tanaman rempah-rempah yg tak dapat diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi,
orang Bugis & Makassar meninggalkan kampung halamannya. Banyak orang-orang
Eropa & sekutu-sekutu yg tewas, semata-mata guna mencapai maksud VOC untuk
memonopoli rempah-rempah.
1674-Pulau
Jawa dlm keadaan yg memprihatinkan, kelaparan merajalela, berjangkit wabah
penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi, gerhana bulan, & hujan yg tak
turun pada musimnya.
1680-Di Jawa
Barat, kerajaan Banten pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa mengalami masa
kejayaannya, Banten memiliki suatu armada yg dibangun menurut model Eropa.
Kapal-kapalnya berlayar memakai surat jalan menyelenggarakan perdagangan yg
aktif di Nusantara. Atas bantuan pihak Inggris, Denmark, Tiongkok orang-orang
Banten dapat berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Tiongkok, Filipina &
Jepang. Banten merupaken penghasil lada yg sangat kaya.
1680-VOC
pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran rendah tertentu saja di
Jawa. daerah pegunungan seringkali tak berhasil dikuasai & daerah ini
dijadikan tempat persembunyian pemberontak. Tidak dapat dihindarkan lagi
pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan kesulitan & menguras dana VOC.
1682-Pasukan
VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-Martin berlayar menuju Banten
guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut & memonopoli perdagangan
lada di Banten. Orang-orang Eropa yg merupaken saingan VOC diusir. Orang-orang
Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu & Sumatera Selatan satu-satunya pos
mereka yg masih ada di Indonesia.
1683-1710-VOC
mengalami masalah keuangan yg sangat berat di wilayah Asia selama kurun waktu
tersebut. Di antara 23 kantornya hanya tiga [Jepang, Surat & Persia] yg
mampu memberikan keuntungan; sembilan menunjukkan kerugian setiap tahun
termasuk Ambon, Banda, Ternate, Makassar, Banten, Cirebon & wilayah pesisir
Jawa. VOC banyak mengeluarkan biaya-biaya yg sangat tinggi akibat pemberontakan
di samping pengeluaran pribadi VOC yg tak efesien, kebejatan moral, korupsi yg
merajalela. VOC juga menuntut semakin banyak kepada rakyat Jawa, yg
mengakibatkan pemberontakan yg terus berlanjut & pengeluaran VOC bertambah
tinggi.
1684-Gubernur-Jendral
Speelman meninggal. Terbongkarlah korupsi & penyalah gunaan kekuasaan.
Konon Speelman memerintah tanpa menghiraukan nasihat Dewan Hindia & banyak
melakukan pembayaran dengan uang VOC yg pada dasarnya tak pernah ada untuk
pekerjaan yg tak pernah dilakukan. Selama masa kekuasaan Speelmen jumlah
penjualan tekstil menurun 90%, monopoli candu tak efektif. Speelman juga banyak
melakukan penggelapan uang negara & pada 1685 semua penunggalan Speelman
disita negara.
8 Februari
1686-Dengan tipu muslihat Surapati berhasil membunuh François Tack dlm suatu
pertempuran. Tack tewas dengan dua puluh luka di tubuhnya.
1690-Belanda
berusaha membalas kekalahan yg dialami Tack tetapi gagal karena Surapati
menguasai teknik-teknik militer Eropa dengan baik.
1702-Jumlah
kekuatan serdadu militer Belanda yg berkebangsaan Eropa hanya tinggal sedikit.
Administrasi VOC kacau balau
1706-Surapati
terbunuh di Bangil.
1721-VOC
mengumumkan apa yg dinamakan komplotan orang-orang Islam yg bermaksud melakukan
pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia & juga orang-orang
Tionghoa.
1722-Perlakuan
terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam & korup. Walaupun demikian
jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC melakukan sistem kuota untuk
membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten kapal Tionghoa mampu menghindarinya
dengan bantuan dari pejabat VOC yg korupsi. Kebanyakan orang-orang Tionghoa
pendatang yg tak memperoleh pekerjaan sebagian besar mereka bergabung menjadi
gerombolan-gerombolan penjahat di sekitar Batavia.
1727-Posisi
ekonomi orang Tionghoa makin penting di satu pihak & sering terjadinya
kejahatan oleh orang Tionghoa, menimbulkan perasaan tak senang terhadap orang
Tionghoa. Rasa tak senang menjadi semakin tebal di kalangan warga bebas,
kolonis-kolonis Belanda yg tak dapat menandingi orang Tionghoa. Timbullah
kemudian rasa permusuhan & sikap rasialis terhadap orang Tionghoa.
1727-Pemerintah
kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa semua orang Tionghoa yg telah
tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia & belum memiliki surat izin akan
dikembalikan ke Tiongkok.
1729-Pemerintah
kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan kepada orang Tionghoa untuk
mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia dengan membayar 2 ringgit.
1730-Dikeluarkan
larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat penginapan, tempat pemadatan
candu & warung baik di dlm maupun di luar kota.
1736-Pemerintah
kolonial mengadakan pendaftaran bagi semua orang Tionghoa yg tak memiliki surat
izin tinggal.
1740-Terdapat
2. 500 rumah orang Tionghoa di dlm tembok Batavia sedangkan jumlah orang
Tionghoa di kota & daerah sekitarnya diperkirakan 15. 000 jiwa. Jumlah ini
setidak-tidaknya merupaken 17% dari keseluruhan penduduk di daerah terebut. Ada
kemungkinan bahwa orang-orang Tionghoa sebenarnya merupaken unsur penduduk yg
lebih besar jumlahnya. Ada pula orang-orang Tionghoa di kota-kota pelabuhan
Jawa & Kartasura walaupun jumlahnya hanya sedikit.
1740-Terjadi
penangkapan terhadap orang Tionghoa, tak kurang 1. 000 orang Tionghoa
dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih sesudah sering terjadi
penangkapan, penyiksaan, & perampasan hak milik Tionghoa.
4 Februari
1740-Segerombolan orang Tionghoa melakukan pemberontakan & penyerbuan pos
penjagaan untuk membebaskan bangsanya yg ditahan.
Juni
1740-Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua orang Tionghoa yg
tak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke Sailan. Peraturan ini
dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
September
1740-Tersiar berita bahwa segerombolan orang Tionghoa di daerah pedesaan
sekitar Batavia bergerak mendekati pintu gerbang Batavia. Mr. Cornelis di
Tangerang & de Qual di Bekasi, memerintahkan memperkuat pos-pos penjagaan.
7 Oktober
1740-Pasukan bantuan yg dikirim ke Tangerang oleh pemerintah kolonial diserang
oleh gerombolan Tionghoa, sebagian besar dari pasukan tersebut tewas.
Oktober
1740-Berdasarkan bukti yg didapatkan VOC menarik kesimpulan bahwa orang-orang
Tionghoa sedang merencanakan sebuah pemberontakan.
8 Oktober
1740-Kompeni Belanda mengeluarkan maklumat, antara lain perintah menyerahkan
senjata kepada kompeni. Jam malam diadakan.
9 Oktober
1740-Dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa secara besar-besaran. Yang
banyak melakukan pembunuhan ini ialah orang-orang Eropa & para budak. Dan
pada akhirnya ada sekitar 10. 000 orang Tionghoa yg tewas. Perkampungan orang
Tionghoa dibakar selama beberapa hari. Kekerasan ini berhenti sesudah orang
Tionghoa memberikan uang premi kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan
tugasnya yg rutin.
10 Oktober
1740-Pertahanan kompeni Belanda di Tangerang diserang oleh sekitar 3. 000 orang
pemberontak Tionghoa.
Mei
1741-Orang-orang Tionghoa yg berhasil lolos dari pembantaian di Batavia
melarikan diri ke arah timur menyusur sepanjang daerah pesisir. Mereka
melakukan perebutan pos di Juwana. Markas besar VOC dikepung & pos-pos
lainnya terancam.
Juli
1741-Pos VOC di Rembang dihancurkan oleh orang-orang Tionghoa yg membantai
seluruh personel VOC.
Juli
1741-Prajurit raja yg berada di Kartasura menyerang pos garnisun VOC. Komandan
VOC Kapten Johannes van Velsen & beberapa serdadu lainnya tewas. Serdadu yg
selamat ditawari pilihan beralih ke agama Islam atau mati & banyak yg
memilih pindah agama.
November
1741-Pakubuwana II mengirim pasukan artileri ke Semarang. Pasukan
prajurit-prajurit tersebut bersatu dengan orang Tionghoa melakukan pengepungan
terhadap pos VOC. Pos VOC di Semarang ini dikepung oleh kira-kira 20. 000 orang
Jawa & 3. 500 orang Tionghoa dengan 30 pucuk meriam. Orang Jawa &
Tionghoa bersatu melawan kompeni Belanda.
Desember
1741-awal 1742-VOC merebut kembali daerah-daerah lain yg terancam serangan.
13 Februari
1755-VOC menandatangani Perjanjian Giyanti. Isinya VOC mengakui Mangkubumi
sebagai Sultan Hamengkubuwana I, penguasa separuh wilayah Jawa Tengah.
September
1789-Belanda mendengar desas-desus bahwa raja Jawa akan melakukan pembunuhan
terhadap orang-orang Eropa, sehingga mengutus seorang residen yg bernama
Andries Hartsick dengan memakai pakaian Jawa menghadiri pertemuan rahasia di
Istana Jawa.
1 Januari
1800-VOC secara resmi dibubarkan, didirikan Dewan untuk urusan jajahan Asia.
Belanda kalah perang & dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yg dimiliki
Belanda menjadi milik Perancis.
2.5. Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam terhadap VOC
- Perlawanan Mataram terhadap VOC (1628-1629)
Sultan Agung (1613-1645) adalah raja
terbesar Mataram yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di bawah
Mataram, dan (2) mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa. Untuk merealisir
cita-citanya, ia bermaksud membendung usaha-usaha Kompeni menjalankan penetrasi
politik dan monopoli perdagangan.
Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor
dagang VOC di Jepara diserbu oleh Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama
yang dilakukan oleh Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian melakukan balasan
dengan menghantam pertahanan Mataram yang ada di Jepara. Sejak itu, sering
terjadi perlawanan antara keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan untuk mengusir
Kompeni dari Batavia.
Serangan besar-besaran terhadap
Batavia, dilancarkan dua kali. Serangan pertama, pada bulan Agustus 1628 dan
dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan Baurekso dan
Dipati Ukur, sedangkan gelombang II di bawah pimpinan Suro Agul-Agul,
Manduroredjo, dan Uposonto. Batavia dikepung dari darat dan laut selama tiga
bulan, tetapi tidak menyerah. Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya
terpukul mundur. Perlawanan pertama mengalami kegagalan disebabkan :
a. Kondisi pasukan Mataram yang
kelelahan
b. Terserang penyakit
Perlawanan rakyat Mataram kedua
terhadap VOC di Batavia dilaksanakan tahun 1629. Sultan Agung menyerang Batavia
untuk kedua kalinya yang dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan
Mataram berusaha membendung sungai Citarum yang melewati kota Batavia.
Pembendungan itu pun bermaksud agar VOC di Batavia kekurangan air dan mudah
kelelahan. Strategi ini ternyata cukup efektif, terbukti bangsa Belanda
kekurangan air dan terjangkit wabah penyakit malaria dan kolera yang sangat membahayakan
jiwa manusia.
Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami kegagalan lagi karena :
a. Kalah persenjataan.
Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami kegagalan lagi karena :
a. Kalah persenjataan.
b. Kekurangan persediaan makanan,
karena lumbung-lumbung persediaan makanan yang dipersiapkan di Tegal, Cirebon,
dan Kerawang telah dimusnahkan oleh Kompeni.
c. Jarak Mataram - Batavia terlalu
jauh.
d. Datanglah musim penghujan,
sehingga taktik Sultan Agung untuk membendung sungai Ciliwung gagal.
e. Terjangkitnya wabah penyakit yang
menyerang prajurit Mataram.
- Perlawanan Banten terhadap VOC (1651-1682)
Pertentangan antara banten dengan
VOC diawali Pada tahun 1619 J.P Coen berhasil merebut Jayakarta. VOC yang berpusat
di Batavia ingin menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda merupaka daerah
perdagangan Banten yang sangat penting, langkah Belanda ditentang terus oleh
Sultan Ageng Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan Ageng
Tirtayasa naik tahta pada tahun 1651.
Untuk melemahkan kerajaan banten VOC
melakukan politik "devide et impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng
Tirtoyoso mengangkat putra mahkota (dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena
pernah naik haji) sebagai pembantu yang mengurusi urusan dalam negeri,
sedangkan urusan luar negeri dipercayakan kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan
Haji). Atas hasutan VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa
ayahnya ingin mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680,
Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka
antara Sultan Haji yang dibantu VOC melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya)
yang dibantu Pangeran Purboyo. Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo
terdesak ke luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di tawan
oleh VOC; sedangkan Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan. Pada
tahun 1682 Sultan Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian
yang isinya :
a. VOC mendapat hak monopoli dagang
di Banten dan daerah pengaruhnya.
b. Banten dilarang berdagang di
Maluku.
c. Banten melepaskan haknya atas
Cirebon.
d. Sungai Cisadane menjadi batas
wilayah Banten dengan VOC.
- Perlawanan Makasar terhadap VOC (1666-1667)
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil
seperti Gowa, Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut yang muncul
menjadi kerajaan yang paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal dengan nama
Makasar yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin
antara tahun 1654 - 1669.
Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan
perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa
semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik
dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut
baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah
mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada
Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk
perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh
karena itu, kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar
sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan
VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi
pada tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang
berusaha menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan
Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar
memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun
1666 - 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan
kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker
dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang
pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain
dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan
Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor
penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda
terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar
selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat
Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18
November 1667, yang isinya :
- Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.
- Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
- Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya.
- Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang yang kemudian diganti dengan nama Benteng Roterrdam.
- Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
- Perlawanan Rakyat Maluku (1817)
Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (Pattimura) terjadi di
Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Adapun Sebab-sebab terjadinya
perlawanan ini adalah :
a. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang
menderita dibawah VOC
b. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib
c. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan
Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai
bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto.
Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas
tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.
Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-besaran,
Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada tanggal 16
Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir
perlawanan rakyat Maluku.
2.6. Kemunduran
VOC
Pemerintah Belanda di Eropa terjadi perubahan yang diakibatkan adanya
Revolusi Perancis (1789 - 1799) dan membuat Republik Btaaf pada tahun 1795. Hutang
VOC pada saat itu mencapai 136,7 juta gulden dan tak lagi tertolong. Pemerintah
Belanda akhirnya memutuskan untuk membubarkan VOC pada tanggal 31 Desember
1799. Semua hutang-hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh pemerintah
Belanda. Runtuhnya disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Banyak pegawai VOC yang korupsi
a. Banyak pegawai VOC yang korupsi
b. VOC terjerat banyak hutang
c. Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat intervensi politik
d. Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa
e. Penggunaan tentara sewaan yang membebani kas VOC
f. Menejemen yang jelek
g. Mutu pegawai yang merosot
h. Sistem monopoli yang sudah tidak sesuai lagi
VOC kemudian diambil alih oleh Belanda (repubik
Bataaf / Bataafche Republiek). Pada awal pemerintahannya, Belanda menghadapi
permasalahan yang kacau balau akibat dari sistem VOC yang kurang baik. Selain
adanya perang yang berkepanjangan di Eropa, Belanda juga ketergantungan
terhadap pemasukan berupa impor perak dari VOC yang pada saat itu terhambat
oleh blokade yang dilakukan Inggris di Eropa.
Pada perkembangannya, hegemoni perebutan wilayah
serta akibat pergolakan politik di Eropa berupa perluasan Revolusi Perancis
oleh Napoleon Bonaparte menyebabkan Belanda jatuh ke tangan Prancis. Hal ini
menyebabkan tanah jajahan Belanda diambil alih oleh Prancis.
3.1.
Kesimpulan
Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang perdagangan dikawasan
Nusantara, ternyata tidak hanya merupakan keingan Belanda sendiri, tetapi juga
negara lainnya, seperti Inggris. Bahkan Inggris telah mendahului langkah VOC
dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk kawasan Asia di tahun 1600
yang diberi nama EIC (East India Company), yang mana telah menimbulkan
kekawatiran dikalangan para pedagang Belanda sehingga persaingan yang tadinya
ada diantara mereka sendiri berubah menjadi kesepakatan untuk membentuk sebuah
badan dagang guna membendung EIC.
Tujuan utama VOC ialah mempertahankan monopolinya terhadap
perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan
& ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil
rempah-rempah, & terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang
dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi & kemudian mempopulasikan pulau-pulau
tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan
pala.
hak-hak yang dimiliki VOC ini, menyebabkan VOC
berkembang pesat, bahkan Portugis mulai terdesak. Untuk mengusung kepentingan
VOC diangkatlah gubnur jendral VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1614).
Pada masa gubnur jendral J.P Coen menilai Jayakarta lebih strategis, pada tahun
1611 berhasil direbutnya dan diuabh namanya menjadi Batavia. Kota ini lalu
dijadikan pusat kekuasaan VOC di Indonesia.
Awalnya VOC dipimpin
oleh Dewan Tujuh Belas yang berkedudukan di Amsterdam. VOC didirikan untuk
mencari keuntungan sebanyak – banyaknya hingga akhirnya menjadi kongsi
penjajah. Mulailah bercokol kolonialisme dan imperialism di Indonesia.
Serangan besar-besaran terhadap Batavia, dilancarkan dua kali. Serangan
pertama, pada bulan Agustus 1628 dan dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang I
di bawah pimpinan Baurekso dan Dipati Ukur, sedangkan gelombang II di bawah
pimpinan Suro Agul-Agul, Manduroredjo, dan Uposonto. Batavia dikepung dari
darat dan laut selama tiga bulan, tetapi tidak menyerah. Bahkan sebaliknya,
tentara Mataram akhirnya terpukul mundur.
Pemerintah Belanda di Eropa terjadi perubahan yang diakibatkan adanya
Revolusi Perancis (1789 - 1799) dan membuat Republik Btaaf pada tahun 1795.
Hutang VOC pada saat itu mencapai 136,7 juta gulden dan tak lagi tertolong.
Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan untuk membubarkan VOC pada tanggal 31
Desember 1799. Semua hutang-hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh
pemerintah Belanda.
DAFTAR
PUSTAKA
Poesponegoro,jdoned Marwati, dan Notosusanto,,
Nugroho.1993.Sejarah Nasional Indonesia IV.Jakarta:Balai Pustaka.
http://www.sejarawan.com/221-pemerintahan-daendels-di-indonesia-1808-1811-a.html,
di unduh pada (25 desember 2016)
No comments:
Post a Comment